17 Februari 2011. Hari itu tepat 65 tahun sudah
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (FH UGM) berdiri. Menjadi agenda rutin
bagi civitas akademika FH UGM untuk memperingati tanggal tersebut, apalagi
tahun ini. Berbagai acara pun telah disiapkan oleh panitia. Perhelatan lima
tahunan sekali ini digelar mulai tanggal 17 Februari hingga 19 Februari 2011
dengan mengambil tema “Cita Negara Hukum”.
Hari pertama dibuka dengan acara rapat senat terbuka.
Rapat tersebut diawali dengan laporan dari Prof.Dr.Marsudi Triatmodjo, S.H.,
LL.M selaku dekan FH UGM tentang lima tahun FH UGM, terutama 2010-2011. Setelah
penyampaian laporan dekan, rapat dilanjutkan dengan orasi ilmiah dari Prof. Dr.
Moh. Mahfud MD, yang mana saat ini Beliau menjabat sebagai Hakim Ketua Mahkamah
Konstitusi. Tema orasi ilmiah yang diangkat adalah “Revitalisasi Pancasila
sebagai Cita Negara Hukum”. Menurutnya, Pancasila masih dibutuhkan untuk
mewujudkan cita negara hukum di negeri ini.
Masih di hari
yang sama, pukul 13.00 WIB, rangkaian acara dilanjutkan dengan agenda Workshop Pembaharuan Kurikulum. Workshop
ini dihadiri para narasumber yang merupakan stakeholders dari dunia hukum seperti jaksa, hakim, advokat,
notaris. FH UGM merasa perlu mengadakan pembaharuan terhadap kurikulum. Ini
karena kelemahan pendidikan hukum terlalu banyak fokus pada pemberian hukum
substanstif dengan mengabaikan keterampilan yang mutlak diperlukan oleh lulusan
sarjana hukum.
Hari Kedua
Di hari kedua, Jumat, 18 Februari 2011 rangkaian acara
dilanjutkan dengan agenda sarasehan dengan tema “Cita Negara Hukum”. Acara ini dipandu oleh Fajrul Falaakh dengan pengantar dari Bambang
Kesowo. Dalam sarasehan ini, cita negara hukum diteropong dari berbagai sudut
pandang, baik dari ekonomi, sosial, politik maupun filosofi. Tak heran, mereka
yang diundang dalam acara ini berasal dari berbagai disiplin ilmu. Beberapa di antaranya adalah Frans Magnis Suseno, Anggito
Abimanyu dan Denny Indrayana.
Di hari kedua ini, rangkaian acara berlanjut hingga
malam. Ini karena adanya dua acara setelah sarasehan yaitu bakti sosial dan
dialog. Dalam bakti sosial, FH UGM memberikan bantuan sebesar 100 juta rupiah
bagi korban Merapi. Selain itu, FH UGM juga memberikan 1000 bibit pohon jati
untuk penghijauan daerah yang rusak akibat erupsi Merapi pada tahun 2010 lalu. Acara bakti sosial ini dilanjutkan dengan
dialog bertemakan “Hukum
Perbankan Indonesia: Perkembangan dan Agenda ke Depan” dengan pembicara Dr.
Halim Alamsyah, S.H, SE., MA yang saat ini menjabat sebagai Deputi Senior BI.
Hari Ketiga.
Rangkaian acara berlanjut dengan agenda
olahraga bersama civitas akademika FH UGM di pagi hari. Kemudian acara
dilanjutkan dengan temu alumni FH UGM.
Acara ini banyak dihadiri para alumni FH UGM dari berbagai angkatan.
Tampak di antara peserta yang hadir Refli Harun, Ganjar Pranowo, dan Albertina Ho. Siang
harinya, acara berlanjut dengan agenda launching
Law Career Development Centre (LCDC). LCDC adalah pusat informasi pengenalan karir profesi
hukum dan pusat pengembangan karir bagi alumni FH UGM.
Puncak Acara
Akhirnya serangkaian acara yang berlangsung tiga
hari ini, ditutup dengan pagelaran konser musik bertajuk “Justice For Indonesia With Love”. Penonton ditarik 25.000 rupiah
untuk tribune dan 50.000 rupiah untuk kelas VIP. Dana yang dikumpulkan kemudian
dijadikan bantuan bagi korban Merapi.
Konser musik
ini dipandu oleh Indro Kimpling dan Marissa Haque yang keduanya juga merupakan
keluarga FH UGM. Acara konser ini dibuka dengan penampilan Paduan Suara
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (PSM FH UGM) yang membawakan
lagu Jangkrik Genggong dan Pesta.
Sebagai pengiring, Indonesia Wind Orchestra memainkan alunan musik begitu syahdu yang
membuat para penonton terhanyut dalam tiap nada. Dalam konser tersebut,
terdapat penampilan spesial dari Siswanto, dosen dari Institut Seni Indonesia. Ia
memainkan gendang disertai banyolan-banyolan sindiran dalam bahasa Jawa
terhadap keadaan negeri Indonesia sekarang ini. Ini menjadi semacam perpaduan
antara tradisional dengan modern yang banyak dirasa sebagai sesuatu yang tidak
mungkin. Akan tetapi, nyatanya, penampilan tersebut menarik untuk ditonton. Selain
itu, ada pula performa Direktur Bank BPD DIY, Nano Tirto yang memainkan alat musik
saxophone.
Iwan Fals sebagai bintang tamu yang paling ditunggu-tunggu
oleh para penonton pun menampilkan konser tersebut. Iwan Fals menembangkan lagu
pertamanya, Oemar Bakrie. Kemudian dilanjutkan dengan enam tembang lainnya
seperti Hio, Bongkar. Tanpa dikomandani,
para penonton sebagian besar ikut bernyanyi. Lagu-lagu yang dibawakan agaknya
menohok para pelaku hukum. Dan semoga bisa memberikan perubahan ke arah yang
lebih baik.
Tim Penulis: Natalya Manna T., Hanif J., Putri
Tifani, Pratiwi Wulandari, Ratih Widowati, Elvira Purbaningtyas, Alethea
Rahmah, Puspita P., Dana, Indri Tedja, dan Hilman Fathoni, Maria Yohana K.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar